Minggu, 14 April 2013

SIMBAH PUTRI


“ Indah wis mulih durung?”
“ Mbok nek mulih ojo wengi-wengi to nduk...”


Kalimat-kalimat itu masih teringang di telinga saya, kalimat yang dilontarkan oleh simbah putri ketika masih sugeng kalau magrib saya belum ada di rumah. Beliau lebih mengkhawatirkan saya dari pada ibu saya sendiri. Beliau khawatir ada ‘orang-orang jahat’ yang menghadang di jalan seperti di tipi-tipi itu, hehehe. Secara kurang lebih 20 km jarak rumah - kampus, jalannya juga seperti medan off road*hauah*, sebenarnya maklum saja sih kalau khawatir. Tapi selalu saja mengabaikan kekhawatiran beliau. Saya masih sering pulang malam, karena beberapa aktivitas seperti kadang ngajar, ngerjain tugas ataupun menjalankan amanah organisasi.

Simbah putri dari ibu meninggal tanggal 8 Maret 2013 yang lalu, dan besok genap 40 hari beliau tidak ada. Rasanya masih tersimpan banyak kenangan-kenangan, walau tak semuanya manis.. :)

Simbah putri didiagnosis diabetes 3 tahun yang lalu, kadar gulanya yang tinggi membuat beliau juga terkena stroke yang menyebabkan mata kanan tidak bisa melihat dan bibirnya -maaf-, miring ke kanan. Jalannya pun tak sempurna lagi, harus dibantu kruk kadang juga kursi roda. Berbagai pengobatan sudah dijalani, mulai medis, tradisional, pijat, sampai terapi air pun dijalani. Tanpa hasilnya tak seberapa. Yah...mungkin memang harusnya begitu..

Beberapa tahun terakhir ini walaupun terkena stroke tapi beliau masih bisa menjalankan aktivitasnya sendiri. Makan, minum, mandi semuanya bisa sendiri...

Sampai suatu ketika...

Pada awal Februari 2013, pagi-pagi subuh buta mendapat kabar kalau simbah terjatuh dari kamar mandi. Dan sejak saat itu beliau hanya bisa tidur di tempat tidur tidak bisa melakukan aktivitas sendiri...

Selama satu bulan lebih beliau tidak bisa kemana-mana, hanya tidur saja. Karena tubuhnya tak sanggup untuk duduk. Jadi terpaksa kami memakaikan pampers, karena penggunaan pampers terus menerus, kulit simbah yang sudah mulai getas mudah terluka. Akhirnya paha, pinggang dan punggungnya iritasi karena pemakaian pampers dan akibat tiduran terus di kasur..

Pada saat bersamaan sebelumnya, Ayah pun habis diopname di rumah sakit. Jadi ada kejadian gemesin saat itu, ketika Ayah jadwal check up dan bersamaan harus membawa simbah putri ke rumah sakit. Padahal rumah sakitnya berbeda, Ayah di RSUD sedangkan simbah di RSI Yaksi. Gemesinnya adalah ketika Ayah tidak mau check up kalo bukan saya yang nganterin padahal saat itu saya harus juga ngurus rawat inapnya Simbah, tapi endingnya semua kelar juga. Hmmm...ternyata Ayah manja juga ya, hehehehe.

Yup..Pada awalnya simbah sakit tidak langsung terbentuk luka, hanya merah seperti memar lama-kelamaan menjadi luka setengah basah. Atas inisiatif temen saya- yang dulu simbahnya juga mengalami hal sama- saya pergi ke Apotik untuk membeli obat luka.

Sebenarnya saya tidak tega harus mengobati luka simbah, luka yang berdiameter sekitar 7 cm di samping paha kiri ini sangat membuat saya tidak tega. Bukannya jijik tapi saya memang tak tega, karena pasti rasanya sakit sekali jika seperti itu. Saya membayangkan jika diri saya yang mengalami hal tersebut.. pasti rasanya Masyaallah sekali... 
Tapi mau tidak mau saya tetap harus membersihkan dan mengobati luka tersebut, kalau tidak maka luka tersebut akan semakin parah. Saya mencoba mengobati luka-luka tersebut, walaupun sebelumnya saya harus berteriak histeris dan istigfar berkali-kali ketika mau membersihkan luka dengan NaCl kemudian memberikan obat pengering luka diabet , hmm..pada akhirnya saya terbiasa. Dan saya pun menjadi perawat gadungan, lama kelamaan saya tak perlu berteriak histeris lagi sebelum membersihkan luka. Hehehe. Saya malah senang ketika membersihkan luka. Karena pada saat itu timbullah harapan untuk penyembuhan luka simbah...

Sayangnya...

Sebelum luka-luka itu sembuh, Allah berkehendak lain... Allah ingin menyembuhkannya secara langsung dengan menghentikan rasa sakit tersebut tepat tanggal 8 Maret, pukul 07.00 WIB.

Rasanya semua tangisan pecah. Tak tahu kenapa. Mungkin karena selama 22 tahun saya membersamai beliau. Walau semasa dulu, saya sering dimarahi tapi itu saya anggap sebagai pembebalan diri agar tak mudah rapuh.
Saya tak tahu apa ini namaya sebuah kesabaran atau bukan, tapi saya belajar untuk sabar begitu juga ketika saat bersamaan saya harus berlari-lari mengejar deadline skripsi saya.

Hmm...apapun itu saya percaya Allah punya rencana indah bagi bagi setiap hambaNya.. entah itu apa.. :)




*menjelang 40 hari simbah putri, untuk adik dan sepupu-sepupuku: Walaupun tak ada orang tua yang sempurna, tetapi tetaplah berbakti *

Sabtu, 13 April 2013

MAHASISWA MANDIRI, MAHASISWA SUKSES MULIA


"Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri"
-Nyai Ontosoroh-

Menjadi sukses merupakan keinginan setiap orang. Tak terkecuali dengan mahasiswa. Namun, tak banyak orang tahu bagaimana jalan menuju kesana. Terkadang malah ada yang menggantungkan kesuksesn pada orang lain. Padahal kalau kita sadari bahwa kesuksesan ada pada tangan kita sendiri. Untuk itu perlu ada sikap meminimalisir ketergantungan kepada orang lain, dalam bentuk kemandirian. Berusaha sekuat tenaga meraih sukses dengan hasil peluh sendiri. Mengoptimalkan potensi yang telah Alloh berikan, yaitu berupa fisik, akal dan kalbu.

Mahasiswa sebagai tulang punggung bangsa, harapan pembawa perubahan. Tentunya harus mampu bersikap mandiri, yaitu suatu sikap dimana tidak tergantung pada pihak tertentu, mampu mengendalikan diri dalam berfikir dan bersikap. Dalam arti lain, mampu berdiri di atas kakinya sendiri.

Seperti yang dilakukan oleh Pak Chairul Tanjung, beliau mandiri secara finansial sejak kecil. Untuk membiayai kuliahnya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, banyak cara yang beliau lakukan. Mulai dari berjualan buku kuliah, membuka usaha foto kopi dikampus. Pernah juga mendirikan toko peralatan kedokteran dan laboratorium di daerah Senen Raya, Jakarta Pusat. Tahu Pak Jamil Azzaini? Inspirator yang terkenal dengan ‘Proposal Hidup’-nya. Beliau dulu mengganjal biaya hidup dan kuliah dengan berjualan koran, buku, dan kurma dari pintu ke pintu. Beliau juga membuka usaha rental komputer, katering, dan kerja-kerja serabutan lainnya. Subhanallah sekali kedua Bapak kita ini, dan sekarang mereka menuai kemandirian yang mereka tanam dengan kesuksesan demi kesuksesan.

Kemandirian secara finansial, biasanya juga akan membawa kemndirian pada hal-hal lain, seperti dalam hal pembelajaran dan pemecahan masalah. Walaupun ini tak bersifat mutlak. Pak Choirul Tanjung pun, membuktikan hal ini. Buktinya dulu pernah menjadi Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional periode 1984-1985. Berarti kemampuan pembelajaran dalam hal akademik juga tidak dianggap enteng.

Untuk saat ini, sebenarnya sudah lumayan ada beberapa mahasiswa yang mampu mandiri walaupun tak banyak. Sebut saja Vety, sosok mahasiswa mandiri dari keluarga sederhana. Sejak SMA sudah mulai berwirausaha dengan jualan pulsa, sampai kuliah pun dia jualan jilbab, memberikan les privat sampai menerim order snack. Bukti dari kemandiriannya sekarang Vety bisa kuliah sampai sekarang dan mampu menyabet penghargaan Mahasiswa Berprestasi 2012 di fakultasnya.

Kemandirian inilah yang membentuk masa depan kita. Bukan hal mudah untuk memulainya, tapi bukan berarti tidak mungkin. Mandiri untuk tidak menggantungkan uang bulanan pada orang tua. Mandiri untuk mengerjakan ujian sendiri, tidak nyontek atau bertanya. Mandiri untuk tidak mengantungkan pengambilan keputusan pada orang lain.
Lalu bagaimana memulainya?

Let’s check this out:

1.Menentukan visi hidup
Sebagai insan yang berpendidikan tentunya kita harus memiliki visi atau tujuan hidup. Misalnya ingin menjadi sosok manusia yang sukses. Sukses dunia akhirat. Atau hidup untuk Berbagi, ingin menjadi pemilik Perusahaan Garmen tingkat Nasional, ingin menjadi Dosen dan sebagainya.

2.Membuat proposal hidup

Setelah kita tahu visi hidup kita, maka kita berencana untuk menggapainya. Kalau kata Pak Jamil Azzaini., untuk kegiatan yang berlangsung 1-2 hari saja kita membuat proposal. Apalagi untuk hidup kita yang berlangsung dalam kurun waktu lebih lama. Tentunya kita memerlukan ‘proposal’ yang matang. Proposal ini dibuat bisa dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) atau dengan cara langsung menuliskan rencana atau mimpi-mimpi apa saja yang ingin kita wujudkan. Misalnya di tahun 2013, ingin lulus S1. Tahun 2014, memiliki perusahaan garmen, dan sebagainya. Setelah itu bisa diperinci lagi dan diuraikan bagaimana upaya-upaya kita untuk mewujudkan impian atau tujuan dari hidup.

3.Melatih diri

Exercise makes habbit. Melatih diri adalah salah satu upaya untuk mandiri. Melatih diri untuk berwirausaha, melatih diri untuk menyelesaikan tugas sendiri. Bisa dimulai dengan berlatih berani mengambil keputusan, berani berjualan, berani menanggung resiko dari setiap usaha.

4.Melakukan yang terbaik
Mengupayakan secara optimal di setiap tindakan. Perlu kita ketahui bahwa sebenarnya yang menjadi pemenang adalah mereka yang selalu memberikan yang terbaik, bukan masalah juara atau tidak karena itu hanya penilaian manusia. Sedangkan setiap tindakan terbaik yang disertai dengan keikhlasan akan ‘dibayar’ oleh Alloh.

5.Never Give Up
Tiga kata tersebut merupakan mantra hebat untuk tetap bertahan. Untuk tetap semangat dan konsisten mencapai kemandirian. Karena tak ada yang mudah untuk mencapai sebuah kebaikan. Alloh memberikan surga juga bukan tanpa ujian dan godaan. Begitu juga dengan kemandirian pastinya akan banyak kerikil bahkan batu-batu besar yang menghalangi jalan kita. Tapi janganlah menyerah, perlahan singkirkan kerikil dan batu-batu tersebut. Sampaiilah pada tujuan dengan senyum kepuasan.

6.Lingkungan Kondusif
Mau tinggal di lingkungan seperti apa itu ada pilihan kita. Lingkungan tercakup di dalamnya, teman-teman, organisasi bahkan kos-kosan. Teman-teman kita suka mengeluh? Apatis terhadap diri dan sekitarnya? Sebisa mungkin kita menghindari atau paling tidak mengurangi intensitas pada lingkungan seperti itu. Karena lingkungan tersebut, ketika kita mengeluh tanpa do something maka kita sudah ketinggalan satu tangga dari kemandirian. Lingkungan itu juga termasuk dalam social media, friends list di facebook maupun follower twitter yang sekiranya hanya update berisi keluhan, mengumpat keadaan, sebaiknya dikurangi atau tidak ditambahkan. Karena itu secara tidak langsung menjauhkan kita dari pikiran positif.


Ketika kemandirian telah terbentuk maka Insya Alloh kesuksesan akan mengikuti kita. Meminjam istilah dari Pak Jamil Azzaini, bahwa sukses itu harus Mulia. Maksudnya ketika kita sukses bukan hanya untuk diri kita sendiri tapi juga menuju suatu tujuan Mulia yaitu untuk membantu sesama, menyantuni fakir miskin, menolong agama Alloh membantu perbaikan kualitas pendidikan...
Jadi dampak dari kesuksesan kita tak hanya dinikmati oleh diri dan keluarga kita saja. Tapi juga lingkungan sekitar. Dunia dapat, akhirat dapat.

Mari Menjadi Mahasiswa Mandiri, Mahasiswa Sukses Mulia!
“Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum tersebut mau mengubahnya sendiri”



*pernah dimuat di Rubrik Akademia majalah GIVE LAZIS UNS Maret 2013