Minggu, 26 Juni 2011

INDIGO

Liburan sekolah telah tiba, banyak pilihan untuk mengisi acara liburan ini, ada yang berkunjung ke rumah saudara, bertamasya ke taman hiburan, berkemah atau menonton televise di rumah. Dari berbagai pilihan, ada sekitar 120 anak usia Sekolah Dasar memilih untuk mengikuti pesantren kilat selama 3 hari, yaitu tanggal 23 – 25 Juni 2011.

Saya ditawari teman saya, Avil, untuk menjadi bagian dari acara ini. Tapi saya baru bisa datang hari ke-2,karena hari ke-1, Kamis, saya masih ada agenda di kampus. Saya tiba di pesantren tepatnya di desa Kranggan,Klaten sekitar jam 13.30 hari jumat.

Saya melihat begitu antusiasnya anak-anak ini mengikuti acara pesantren kilat. Pada pesantren ini, ada materi muriqi, mendongeng, outbond, renang, membuat ketrampilan pokoknya hal-hal yang bermanfaat tapi menghibur. Subhanaallah…ini merupakan acara yang sangat bagus.

Banyak hal yang menarik buat saya di acara ini, misalnya untuk pertama kalinya saya dipanggil ‘Ustadzah’. Subhanallah, saya merasa belum pantas untuk mendapat panggilan tersebut. ilmu agama saya tidak lebih baik dari anak-anak ini. Terlihat ketika anak-anak, mulai melafalkan surat An-Naba dengan muriqi, dan saya masih kebingungan mencari An-Naba surat keberapa ya? Astagfirullah… Tapi semoga ini dapat menjadi cambuk saya untuk lebih baik lagi.

Selain itu, untuk pertama kalinya, saya bertemu dan menemani anak yang kata temen saya,, anak indigo, saya sering mendengar istilah ini,tapi saya belum benar-benar paham akan hal ini. Yang saya tahu, anak indigo, anak yang berbeda dari anak-anak pada umumnya, sibuk dengan dunianya sendiri dan memiliki kecerdasan khusus, punya sense lain.


Namanya, Nuaim, anaknya pendiam, ditanya jarang sekali jawab, sibuk melakukan sesuatu sendiri, jika diganggu dia akan marah, mengambil makanan temanya tanpa rasa bersalah, nggak mempan dsindir… what else? Hmm…seharusnya saya mengenal dia lebih awal agar bisa mengamatinya, sayangnya saya baru tahu dia di hari ke-3…

Saya membayangkan kalo anak-anak indigo ini tidak mendapat perlakuan khusus, apa yang terjadi? Ya…Alhamdulillah si Nuaim ini tumbuh di keluarga yang memiliki nilai-nilai ukhrawi yang bagus. Dan anak indigo ini saya rasa tak hanya Nuaim, pasti ada banyak Nuaim-Nuaim lain di luar sana. Ketika anak indigo ini tidak mendapat perlakuan khusus maka dikhawatirkan hal-hal yang kurang baik akan mengiringi pertumbuhan mentalnya, dia akan terkucil, merasa rendah diri dan mungkin juga dia akan menjadi pemberontak. Yah… anak-anak berkebutuhan khusus ini pernah diceritakan oleh Torey Hayden dalam bukunya ‘Sheila, Luka Hati Seorang Gadis Kecil’. Hmm…tapi saya belum selesai membacanya.

Wow…Saya penasaran dengan anak indigo ini, dan saya merasa ingin tahu lebih banyak. What for? Hanya pengin tahu saja. Mungkin suatu saat akan bermanfaat. 

Kamis, 23 Juni 2011

Easy To Come, Easy To Go....(Part 2)

God, aku nggak mau duduk sama cowok yang-mungkin-penderita psikopat tingkat akut, meski tampangnya cool…

“ Mau makan apa?”

“Nasgor!”

“Disini nggak ada nasgor,”

Aku juga tau kalo disini nggak ada nasgor. Biar aja bikin dia jengkel. Huh…perut laper kayak gini ketemu cowok gak jelas, bikin orang emosi aja.

“Tadi aku udah pesan pancake, kamu mau?”

“ Burger tiga!”

“ Habis?”

Ekspresi muka Rey seakan bilang-loe-yakin-bakalan-ngabisin-tuh-burger-. Aku diem aja. EGP. Seorang waitress datang.

“ Tambah burger tiga mas.”

Aku memandang keluar. Melihat orang hilir-mudik. Tak kupedulikan orang yang menurutku setengah psikopat dihadapanku. Dia meminum cangkirnya pelan-pelan kemudian meletakannya.

“ Ini French Coffee, rasanya cozy banget. Cobain deh!”

Dia nyodorin cangkirnya ke aku. Tiba-tiba sikapnya berubah jadi lembut, 180 derajat berbeda saat narik aku di luar tadi.

“ Loe marah sama gue?”

Semakin lekat aku memandang keluar.

“ Sorry ya, kalo gue minta loe nemenin gue disini. Mungkin ini terakhir…”

“…”

“ Terakhir gue ngopi disini dan terakhir gue duduk sebangku sama cewek…”

Mukanya sekarang mulai memelas. Tapi apa peduliku. Seharusnya saat ini aku lagi ndengerin pelajaran Inggrisnya Pak Kevin yang charming itu, bukan nemenin cowok Indo yang suka maen kasar ini!

“ Cappucino nya nggak diminum?”

Kutatap sekilas cangkir didepanku lalu kembali menekuri pemandangan diluar.
Waitress datang membawa nampan pesanan.

“ Tiga burger satu pancake. Ada yang lain?”

“ Makasih. Ini dulu aja mas ”

Tiba-tiba selera makanku hilang. Perutku nggak jadi laper. Kupanding nanar burger-burger di depanku. Kasihan nggak ada yang makan!

“ Burgernya kok diliatin doang…”

“ Nggak napsu!”

“ Muka loe kok bête gitu sih?”

“ Siapa juga yang nggak bête, ketemu cowok yang dikira bakalan nganterin sekolah eh…malah diajak bolos. Seumur-umur aku nggak pernah bolos!”

“ Sekali-kali kan nggak apa-apa “

“….”

Sekali-kali kata dia, kalo ketauan papa aku bakalan didamprat abis-abisan. Emang dia mau nanggung? Nggak kan?

“ Daripada ngeliatin loe bête terus gue anterin pulang sekarang aja deh ”

“ Nggak mau!”

“ Kok nggak mau?”

Iya…iya…kok aku nggak mau?

“ Hm…di rumah nggak ada orang “

“ Emang pada kemana?”

“ Ke Depok jenguk kakak yang lagi sakit…”

“ O…kakak loe sakit ya, gue turut prihatin. Gue doain kakak loe cepet sembuh deh “

Sekarang aku bisa melihat sisi lain dari dia yang kadang cool, kadang bolosan nggak jelas. Yupz, care!

“ Cappucino yang ada di depan loe itu nggak boleh dipesan di Italia selain pagi hari lho “
Sepertinya dia berusaha membuka obrolan yang yah…lumayanlah buat dibahas.

“ Oh ya?”
“ Buat mereka setelah perut terisi makan siang ato makan malam haram hukumnya memesan kopi yang tercemar susu, mereka ngganggep kopi item aja udah sempurna. Negeri itu bener-bener serius dalam perkopian…”
“ O….”

Dengan ekspresi –ngomongin-apa-sih-loe- aku cuma ber-O ria…

“ Kalo papa pulang ke Jakarta, aku suka kesini ma papa. Pokoknya yummy banget deh…

Aku jadi kangen sama papa. Mungkin ini juga terakhir kali gue kesini…”
Haduh, ternyata cowok yang menurutku setengah psikopat ini cerewet juga ya? Diam-diam aku luruh juga, pengin tau lebih banyak lagi.

“ Hari ini aku males ke sekolah, sorry kalo gue ngajakin kamu kesini…”
Helow…!! Bukannya kamu tiap hari juga males ke sekolah? Nggak cuma hari ini aja kali…

“ Nggak apa-apa kan?”

“….”

Rey menatapku dalam. Ada sesuatu yang ganjil disana. Tapi aku tak tahu apa.

“ Thanks ya udah mau diajak bolos!”

Tiba-tiba Rey memegang tangan kananku. Dingin.

“ Heh siapa juga yang mau nemenin loe BOLOS? Ini kan cuma pemaksaan!”
Buru-buru aku lepaskan tangan Rey.

“ Tapi kamu suka kan?”

Hih…ni cowok napa jadi centil gini? Aku jadi jijay plus ngeri.

“ Aku mau pulang!”ujarku begitu saja.

“ Napa?”

“ Pokoknya aku mau pulang! Kamu tuh aneh, pertamanya cool trus kasar, trus jadi mellow, akhirnya kegenitan. Aku jadi ngeri ma kamu, nggak tau selanjutnya kamu jadi apa!!”

Huh…

“ Loe nggak tau gue sih Key…”

“ Yang aku tahu, kamu tuh hobi bolos. Pokoknya aku pengin pulang. Titik.”

No choice. Aku pikir, gue bakalan bisa lebih lama disini. Tapi, fine gue bakalan nganterin loe pulang. Walo ini masih terlalu pagi.”

Hm…Gucciku menunjukkan pukul 9.45. Yah…masih terlalu pagi untuk pulang ke rumah. Tapi siapa peduli. Aku cuma pengin pulang. Mending lihat tivi sambil pesen delivery order. Daripada disini makan burger ditemenin cowok setengah psikopat-menurutku-

***


Akhirnya nyampai juga di rumah, lebih tepatnya lagi di kamarku.
Ada sms…ada sms…baca donk Key…
Hapeq bunyi! Ada sms masuk! Hehe…biasa aja kali’ napa sih harus lebay?

Key loe tadi kmana aj? Napa g msuk? Loe dh dger kbr blum, Rey, tmen mos qt dl kclakaan jm 10.30 td. Dan..tau g Key? Rey meninggal di tmpt….

Rasanya seperti tersambar petir. Mematung. Terbakar. Lalu semuanya gelap.

“ Sorry ya, kalo gue minta loe nemenin gue disini. Mungkin ini terakhir…”

“ Terakhir gue ngopi disini dan terakhir gue duduk sebangku sama cewek…”

“ No choice. Aku pikir, gue bakalan bisa lebih lama disini. Tapi, fine gue bakalan nganterin loe pulang. Walo ini masih terlalu pagi.”


***



red:cerpenunyu2jamansma

Easy To Come, Easy To Go....

Pagi ini tidak seperti biasanya papa dan mama begitu sibuk. Mereka terburu-buru memasukkan barang-barang ke bagasi.

“ Key berangkat sendiri ya!” kata mama sambil menjinjing koper ke luar.
“Papa nggak ke kantor?” tanyaku
“Papa cuti dulu. Mama sama papa mau ke Depok jenguk Jessi. Radang lambungnya kambuh” jawab mama pelan.

Di wajahnya terlukis penyesalan, membiarkan anak sulungnya yang sering sakit-sakitan tinggal sendirian di Depok.
Kubelai lembut bahu orang yang kucintai ini.

“Aku sarapan dulu Ma!”

Selangkah aku berbalik ke dapur ..

“ Mama nggak masak. Sarapan di sekolah aja ya!”
Apa? Mama nggak masak? Hiks..hiks..padahal aku berharap pagi ini menyantap nasi goreng bikinan mama. Tapi mau gimana lagi, nggak ada alasan buat marah kalo keadaannya kayak gini.

“ Aku langsung ke sekolah aja deh,” kataku pasrah.

Kuhampiri papa yang lagi manasin mobil, kucium tangannya, begitu juga dengan mama.
Seratus meter jarak yang harus kutempuh untuk sampai ke halte. Uh...jalan dengan perut keroncongan membuatku kelihatan kusut. Kulirik Gucci, 6.40, langkah kupercepat. Yah..butuh 15 menit untuk sampai di sekolah tanpa hambatan!

Din...din...din...

Suara klakson motor membuatku syok. Buru-buru kututup telinga. Aku nggak mau sesuatu yang buruk terjadi padaku. Hiks...lebai deh :)

“ Hai, Keysa kan?”
Seseorang menepuk punggungku dan sesuatu yang buruk tidak terjadi –ya...untuk beberapa saat sih! Kubuka tanganku yang selama beberapa detik yang lalu menutup telinga.

“ I...iya...” jawabku terbata-bata.
Sesosok cowok nangkring di atas motor Tiger ada didepanku dan dia menyapaku! Siapa ya? Saraf sensorikku menebak-nebak...

“ Gue Rey, anak XII IPA 4!”

Rey? Hm..
Oh ya, Rey! Cowok cool, bertampang Indo itu temen sekelasku waktu MOS dulu.
“ Bareng yuk Key!”

Dengan wajah innocentnya dia ngajak aku berangkat bareng. Setidaknya aku tidak telat dan nggak desak-desakan di angkot. Thanks God.

“ Nggak apa-apa nih?” tanyaku berbasa-basi.
“ Ya nggaklah,” jawabnya datar.

Segera aku nangkring di jok belakang. Aku tak pernah membayangkan bakalan diboncengin sama cowok Indo berantakan ini. Sudah lama aku tak berbicara dengannya, terakhir waktu perpisahan MOS dulu. Itu pun cuma ber-say good bye setelah itu dia seperti ditelan bumi entah kemana, tapi aku denger-denger sih dia kerapkali dipanggil BK,yah...apalagi kalo bukan gara-gara bolos. Dasar cowok aneh!

Kami nggak ngobrol sedikit pun. Rey fokus dengan jalan yang makin ramai. Sedangkan aku sibuk mengingat masa-masa MOS dulu. Rey sempet nantang senior berantem. Tapi untung sempet dilerai oleh seorang guru yang kebetulan lewat.
Dua puluh menit kita jalan, tapi kok nggak nyampai-nyampai ya? Ternyata aku melewati jalur yang nggak biasanya. Seharusnya di perempatan tadi belok kanan, tapi ini kok lurus, ini kan jalan ke Imam Bonjol, hampir ke pusat kota. Jangan-jangan... Mungkin dia ada perlu ke suatu tempat dulu. Sekarang lebih baik aku diam, berharap tidak akan terjadi apa-apa dengan diriku.

Rey menghentikan Tigernya di depan coffee shop. Aku sama sekali nggak tau apa maksud dia berhenti di sini, semoga dia nggak ngajak aku bolos. Semoga! Setelah memarkirkan motornya dia masuk begitu aja ke dalam tanpa mempedulikan aku. Kutatap lurus pintu kaca bertuliskan’OPEN 24 HOURS’.

Beberapa menit berlalu dan aku masih berdiri disini nggak percaya dengan yang aku alami pagi ini, ketemu cowok berharap dianterin ke sekolah, eh...malah dianya nongkrong dengan santainya di coffee shop. Entah apa yang ada di kepalanya .

“ Sampai kapan loe berdiri disitu?”
Tiba-tiba Rey udah ada di depanku, suaranya sedikit nge-bass. Dengan muka merah padam aku berbalik, menjauh darinya. Aku harus nyari taksi atau apa pun yang bisa mengantarkan aku ke sekolah. Aku harus ke sekolah! Aku nggak mau diajak bolos!

“ Key percuma loe ke sekolah, udah telat. Paling loe disuruh balik lagi!” kata Rey yang seakan-akan membaca pikiranku. Hm...tapi bener juga sih, kalo udah telat bakalan disuruh pulang. Tapi peduli amat, pokoknya aku mo nyari taksi. Terserah mau kemana. Aku ilfil sama Rey!
“ Key berhenti!”

Tangan Rey memegang pergelangan tanganku. Kuat. Aku tak dapat melepasnya.
“Rey aku mau pulang. Aku nggak mau sama kamu!”
“ Ikut aku bentar napa sih?!”
Rey tak peduli. Ia terus menarikku.
“ GUE BENCI COWOK KASAR KAYAK LOE!!”

Dia berbalik, menatapku dalam. Didorongnya pintu kaca bertuliskan ‘OPEN 24 HOURS’. Dia membawaku ke sebuah meja kosong di dekat jendela. Sudah tersaji dua cangkir kopi disana.

“Key duduk!”
“Eh Rey, gue bukan anjing piaraan loe yang bisa loe suruh-suruh!”
“Key gue minta loe duduk!”

Kamis, 16 Juni 2011

Ayah!!! Arrrgghhh!!! ( Part 2)

“……..”

Ayah tetap diam. Menatap lurus ke arah pintu, seakan-akan menunggu kedatangan orang lain. Apa yang beliau pikirkan?

“ Aku bingung Yah, aku tidak tahu mesti gmana lagi. Gajiku di radio tak menutup semua biaya semesteranku. Ibu juga mau pergi ke Riau!”

“Nanti juga ada rezeki. Percayalah pada Alloh. Rezeki itu sudah diatur dalam Lahul Mahfuzh”

“Tapi bagaiman caranya, Yah? Bukankah kalau rezeki itu masih di langit, kita harus berusaha menurunkannya?”

Aku semakin kesal! Tak pernah aku semarah ini. Aku sudah berada pada titik didihku.

“Rezeki itu ndak nggak akan tertukar. Ikhlas saja.”

“Bukan masalah tertukar atau tidak Yah, bukankah Allah berfirman, tak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka mau mengubahnya sendiri? Itu berarti kita harus berusaha mengubah nasib kita sendiri, Yah…..”

“…………..”

Ayah beranajak pergi begitu saja.

“Ayah!!!”

Maaf. Aku tak bermaksud menggertak. Tapi aku tak bisa membiarkan senja ini tanpa hasil.

“ Apa itu namanya kepala keluarga? Membiarkan anak dan istrinya bekerja sendiri?
Apa itu yang diajarkan oleh Islam? Apa Rasullullah membiarkan keluarganya kelaparan tanpa alasan syar’i? Jawab Ayah!!! Aku tak ingin marah Yah… tapi aku sudah tidak kuat lagi, melihat ibu harus pergi. Sedang ayah hanya bilang pasrah dan ikhlas tanpa bertindak apa-apa? Ayah hanya menerapkan setengah-tengah dari sunnah Rasul. Tidak kaffah!!”

Sekilas Ayah berbalik dan menatapku nanar. Amarah yang aku tahan bertahun-tahun ini meledak-ledak tak karuan. Aku benar-benar tak mengerti jalan pikiran Ayahku. Prinsip hidup yang dipegang Ayahku. Apapun itu, aku benar-benar tak bisa menerima Ayah. Tingkat kesabaranku sudah habis.

Sejak saat itu. Aku tak pernah berbicara lagi dengan Ayah. Berusaha mengarungi hidupku sendiri. Tanpa melibatkan Ayah, ya…aku rasa begitu. Tertancap kuat dalam hatiku.aku harus berubah! Tak bisa mengandalkan Ayah. Kelangsungan hidupku tak akan kugantungkan padanya. Kugantungkan hidupku pada Sang Kuasa, bukan pada makhluk yang tak berkuasa.

****

Menatap Danau Lagunita di senja musim semi seperti ini membuatku tenang. Pikiranku melayang ke enam tahun lalu. Kalau tak ada Ayah, mungkin aku tak ada disini. Ayah, yang mengajarkanku tentang ketegaran, kerja keras dan kemandirian dan keikhlasan sehingga aku lebih kuat. Stanford University menjadi jawaban atas semua ini. Walau ibu, tak sempat melihatku disini, tapi aku dapat ber-birul walidain dengan Ayah. Maafkan aku Rabb, atas kepongahanku selama bertahun-tahun. Aku tahu semua itu sudah suratan takdir. Toh, ayah tak pernah menyuruh aku berbuat maksiat, hanya mengajarkan aku lebih tegar dengan caranya sendiri. Hanya soal prinsip.

Ya… semua akan indah pada waktunya,

“Assalamualaikum…Ayah….”

“Iya nduk…”

Suara disembarang terasa berat. Suara yang sebenarnya aku rindukan.

“Yah..maafkan Nanda, Nanda…”

“….Nanda sayang Ayah…”

Tak kuasa aku membendung semua airmata ini. Dalam dekap lelaki pilihanku, Muhammad Firmansyah, yang Insyaallah ibu tak akan kecewa atas pilihanku.

Bu, aku harap engkau tenang disana.

Ayah!!! Arrrgghhh!!! ( Part 1)

“ Nduk, ibu minggu depan ke Riau.. ”

Riau?

“ Tak biasanya ibu punya rencana pergi jauh. Wah…aku nitip kain songket ya bu! Hehehe.”

“ Memangnya ibu mau jalan-jalan? Ibu mau kerja nduk….!” Ibu tersenyum tipis.

Glek! Kerja? Apa aku tak salah denger? Perempuan yang hampir mendekati angka 50 tahun ini, masih berniat mencari nafkah untuk keluarga Padahal tuberkolusis sudah mulai mengerogoti tubuhnya. Akan kerja apa ibu di Riau? Hanya mampu menatap dalam perempuan didepanku.

“ Ouwhh…iya…nggak papa Bu..”

Itu kata yang meluncur begitu saja dari bibirku. Bukannya menahannya untuk pergi, malah seakan-akan mengizinkannya untuk pergi. Aku tak tahu harus berkata apa, aku tak punya alasan untuk menahannya. Tuberkulosis pun tak yakin dapat meruntuhkan niatnya, tuntutan hidup telah membuatnya bertekad. Suami yang tak punya penghasilan tetap. Empat anak yang semuanya butuh biaya. Aku sebagai anak pertama, merasa sangat bersalah, merasa tak punya harga diri. Seharusnya ini menjadi tanggung jawabku. Tapi..hmm..aku rasa mataku mulai memerah. Aku tak ingin ibu melihat ini semua.

“ Aku ke kamar dulu ya Bu….”

“Iya nduk…. Ibu ndak punya pilihan lain. Ayahmu seperti itu, kamu dan adik-adikmu juga perlu biaya..”

Tercabik-cabik hatiku. Menangis sejadi-jadinya. Apa aku harus melepas kuliahku? Rabb, apa aku egois bila tetap melanjutkan kuliah? Sementara keluargaku merintih. Tapi cita-citaku untuk menjadi sarjana masih menggantung tinggi di awan…

Ayah!!! Arrggghhh…aku benar-benar jadi marah dengan orang itu. Dia yang membuat keluargaku seperti ini. Seandainya saja, ayahku mau bekerja lebih maksimal lagi keluarga tak akan jadi seperti ini. Ibu mesti menjadi tulang punngung keluarga, aku harus nyambi sana sini, pagi kuliah, siang siaran, malam jaga warnet. Hanya untuk mencari penambal kebutuhan. Ayahku hanya seorang guru agama di madrasah ibtidiyah yang tahun depan akan ditutup karena tak ada murid. Gajinya hanya cukup makan untuk seminggu, lalu 3 minggu berikutnya siapa yang akan kasih makan?

Ibu. Beliau yang membanting tulang demi kami. Membiaya kami berempat. Dan seorang suami. Bekerja sebagai buruh pabrik. Gajinya pun tak seberapa, Mengorbankan kesehatannya demi sesuap nasi. Demi sekolah anak-anaknya. Walau ibu orang bertemperamen tinggi dan suka mengeluh tapi aku yakin beliau memiliki ketulusan yang tak terhingga.Satu pesan ibu yang selalu kuingat, pilihlah pendamping hidup yang bertanggung jawab. Yang tak hanya pintar akan ilmu akhirat tapi juga dunia.

*****

Senja merona. Memicingkan semburat kemerahan. Padi meliuk-liuk pelan terkena angin. Begitu juga dengan jilbabku yang melambai-lambai tertempa angin sore. Tatapanku tak beranjak dari kawanan burung gereja yang bertebaran di pematang ini. Senja yang indah. Cukuplah menjadi teman saat aku galau seperti ini.

Rabb, rasanya aku tak tahan melewati semua badai ini. Hanya kepada-Mu kupasrahkan seluruh hidup dan matiku. Uang semester yang menunggak, ibu yang mau pergi, Ayah yang hanya diam. Rabb, bukankah Kau berjanji akan menolong hamba-hambamu yang bertawakal? Seharusnya aku tak meragukan-Mu Rabb… Seharusnya.

Walau bagaimanapun aku harus menjadi perempuan kuat. Sekuat ibuku. Aku hanya ingin melihat senyumnya mengembang. Yah…tentang mimpiku untuk meraih gelar Master of Business Administration. di Stanford University.

Aku berdiri, berjalan gontai pulang ke rumah. Mataku masih merah. Sembab. Aku harus berbicara dengan ayah soal ini. Aku benar-benar nggak kuat, ini soal hidup dan matiku di bangku kuliah. Aku tak bisa membiarkan ibu terbatuk-batuk menahan kesakitan di Riau, dimana naluriku sebagai seorang anak?

“ Yah…ehhmmm…!”

Aku menahan nafas berat untuk memulai pembicaraan senja ini. Aku tak pernah berbicara berdua dengan Ayah soal kuliah, karena aku tahu jawabannya sudah bisa ditebak. Tapi untuk sore ini, perkecualian. Bagaimanapun beliau adalah ayahku, yang mesti tahu keadaanku.

“ Ada apa?”

Singkat.

“Aku sudah melakukan penundaan pembayaran semesteran sampai tiga kali Yah, seminggu lagi aku harus melunasi semuanya. Kalo tidak…. “

Kuhela nafas, memberi ruang untuk aku bernafas.

“Aku tak bisa kuliah lagi…..”

Senin, 06 Juni 2011

Senin, 6 Juni 2011

sebelum saya bergulat kembali dengan my real job, sedikit ingin mengungkapkan kegalauan yang ada. hauah. yah... galau!! galau soal kuliah. betapa saat ini saya tidak bisa menikmati yang namanya K-U-L-I-A-H.berusaha mengubah mindset dan memotivasi diri. tapi hasilnya belum sesuai harapan. T.T

kekhawatiran soal IP sudah saya rasakan beberapa minggu terakhir ini. Padahal ada beberapa ujian yang belum dilaksanakan. sepertinya ini terlalu berlebihan, tapi itu yang saya rasakan. Sebenarnya saya tidak ingin mengeluhkan tentang dosen, mata kuliah, waktu dan sebagainya, tapi...hmm..emang perlu mencari sebab agar bisa intropeksi. atau saya yang terlalu payah?? mungkin iya. akhir2 ini saya begitu payah dalam manajemen waktu. sehingga kewajiban tak terselesaikan dengan baik. nggak efektif. nggak efisien.
selain itu, keklopan dengan dosen blum ada. materi kuliah yang sulit saya pahami-jujur, saya jadi begitu lola-
kadang saya kangen memakai otak saya untuk berpikir,,kangen buat belajar serius,,mendalami ilmu tertentu....
saya bukan orang pinter.
jadi butuh waktu lama untuk loading.
padahal penginya bisa dpercepat.
-ato perlu pake IDM?heheehe-

Saat ini saya tidak ingin berangkat kuliah. Bukan tidak bersyukur masih bisa kuliah, tapi saya hanya ingin menikmati hari di rumah bertemankan netbook. membaca. berpikir. menulis. membaca. berpikir. menulis. mendengarkan ibu cerita ngalor-ngidul. berantem dengan adek. hanya ingin menikmati hidup. meninggalkan kompetisi-apa ini namanya pecundang?-

Sayangnya, malam ini saya mesti back to my real job, dengan sedikit nangis darah...
jiaaaahhh. lebay ah!

Apapun itu, tetaplah TERSENYUM dan SEMANGAT!!!

Minggu, 05 Juni 2011

PENDIDIKAN FINANSIAL, isn't important??

Sudah cukup lama saya membaca buku Rich Dad Poor Dad-nya Robert Kiyosaki. Hampir semua orang terinspirasi untuk mengadakan pendidikan financial setelah membaca ini. Dan mungkin ada beberapa orang yang menyesal, kenapa tidak dari dulu saya diajari mengelola uang? Penyesalan itu tak akan berguna kecuali kita berusaha belajar financial saat ini juga walaupun terkesan terlambat. Akan berguna juga jika tidak menurunkan penyesalan kepada anak-anak kita atau orang disekitar kita yang masih muda.

Pendidikan financial itu penting, PENTING SEKALI malahan! Karena dari sanalah ujung tombak dari keteraturan hidup. Orang yang memiliki banyak uang pun akan keteteran apabila tidak mempunyai pengetahuan tentang pengelolaan financial,hmm…apalagi buat mereka yang serba kekurangan, keadaan akan semakin parah.
Dengan adanya pendidikan financial sedari kecil, maka anak akan belajar memanfaatkan uang sebaik mungkin. Tidak menjadi follower konsumerisme dan hedonisme seperti sekarang ini, walaupun hal tersebut sering’menyerang’ orang dewasa tapi tak sedikit juga anak-anak SD juga menganut hal ini. Dapat dilihat, bahwa anak-anak SD bawaannya sudah BlackBerry,Ipad dan sebagainya. Tak jarang anak-anak SMP sudah rajin hangout ke mall-mall, shopping2, pokoknya hal-hal yang menunjukkan sikap konsumerisme.

Pendidikan financial ini ada untuk mengajarkan bagaimana anak me-manage uang mereka. Selain itu, anak diharapkan tidak menjadi budak uang. Apa-apa dilakukan demi uang. Karena sebenarnya kitalah yang mengendalikan uang, bukan sebaliknya. Dengan pendidikan finansial, anak diharapkan mempunyai gambaran tentang penghasilan. Anak tidak hanya diajak berwirausaha tapi juga berinvestasi. bekerja sesuai dengan pekerjaan yang mereka cita-citakan sedari kecil itulah yang mesti kita dukung.

Sebenarnya program-program pendidikan financial untuk anak sudah banyak didengung-dengungkan. Namun banyak dari program tersebut yang hanya mampu dijangkau oleh kalangan menengah ke atas. Yah..biaya pendidikan yang tak sedikit. Melihat fenomena ini, apakah anak-anak yang menengah ke bawah tak berhak mendapat pendidikan financial? Atau anak-anak itu akan mengulang cerita ‘ayah yang miskin’nya Kiyosaki?

Saya pikir,
perlu pendidikan financial terstruktural di sekolah.

Tak perlu dimasukkan kurikulim-walaupun sebaiknya begitu- cukup pengajaran seminggu sekali atau sebulan sekali. Terpetik untuk menyeriusi hal ini. Yahh..semoga pemikiran saya ini tak hanya menggelembung di udara tapi juga menggumpal menjadi awan dan berhenti pada titik tertinggi. Amiin.

Hey, kenapa mesti TERSENYUM??

Aarrrggghhhh….bete! Bete! Muka kusut kayak belum disetrika? Udah nggak jaman! Mestinya muka kinclong kayak habis dicuci. Hohoho. Membuat muka kinclong dengan tersenyum! Banyak alasan untuk selalu tersenyum. So…jangan pasang muka kusut lagii yak…


10 Alasan untuk Tersenyum:
1. Senyum membuat kamu lebih menarik. Orang yang banyak tersenyum memiliki daya tarik. Orang yang suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya nyaman dan senang. Orang yang selalu merengut, cemburut, mengerutkan kening dan menyeringai membuat orang-orang disekitarnya tidak nyaman. Dipastikan orang banyak tersenyum memiliki banyak teman.

2. Senyum mengubah perasaan. Jika kamu sedang sedih, cobalah tersenyum. Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah

3. Senyum menular. Ketika seorang teman tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi riang. Orang disekitarnya pasti akan tersenyum dan merasa lebih bahagia

4. Senyum menghilangkan stress. Stress bisa terlihat di wajah. Senyuman bisa menghilangkan mimic lelah, bosan dan sedih. Ketika kamu stress, ambil waktu untuk tersenyum. Senyuman akan mengurangi stress dan membuat pikiran lebih jernih.

5. Senyum meningkatkan imunitas. Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik. Fungsi imun tubuh bekerja secara maksimal. Saat seseorang merasa rileks. Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.

6. Senyum menurunkan tekanan darah. Tidak percaya? Coba kamu mencatat tekanan darah saat kamu tidak tersenyum dan catat ketika kamu tersenyum. Tekanan darah saat kamu tersenyum pasti lebih rendah.

7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah dan serotonin. Ketiganya adaalh hormone yang bisa mengendalikan rasa sakit. Senyum ibarat obat alami.

8. Senyum membuat awet muda. Senyuman banyak menggerakkan banyak otot. Akibatnya, otot wajah terlatih sehingga kamu tidak perlu melakukan face lift. Dijamin dengan banyak tersenyum, kamu akan terlihat awet muda

9. Senyum membuat kamu kelihatan sukses. Orang yang tersenyum terlihat lebih pecaya diri, terkenal dan bisa diandalkan. Pasang senyum saat rapat atau bertemu klien. Pasti mereka akan melihat kamu lebih baik.

10. Senyum membuat orang berpikir positif. Coba lakukanini: pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah. Penyebabnya, ketika kamu tersenyum, tubuh mengirim sinyal”hidup adalah baik”. Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah.


Tak ada alasan untuk tidak tersenyum kan? So, Let’s smile up guys!!